Teori sinyal (Signaling Theory)
adalah teori yang menjelaskan bagaimana individu atau organisasi menggunakan
sinyal untuk berkomunikasi informasi yang relevan dan dapat dipercaya dengan
penerima sinyal. Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh John Maynard Smith
pada tahun 1966 dalam sebuah artikel yang diterbitkan dalam jurnal Nature
dengan judul "The Theory of Games and the Evolution of Animal
Conflicts".
Teori sinyal awalnya dikembangkan
untuk menjelaskan perilaku hewan, terutama dalam konteks persaingan dan
pemilihan pasangan seksual. Namun, teori ini kemudian diadopsi oleh ilmu sosial
dan digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena sosial dan ekonomi seperti
pasar kerja, konsumsi, dan investasi.
Teori sinyal mempertimbangkan
fakta bahwa informasi adalah asimetris, artinya satu pihak mungkin memiliki
informasi yang lebih baik daripada yang lainnya. Dalam konteks persaingan atau
pemilihan pasangan seksual, individu atau organisasi memiliki insentif untuk
menunjukkan sinyal yang menunjukkan kualitas dan kemampuan mereka. Contohnya,
seekor burung pejantan dapat menampilkan kualitas fisiknya yang baik dengan
cara menunjukkan warna bulunya yang cerah atau dengan bernyanyi dengan indah.
Hal ini dapat meningkatkan peluangnya untuk mendapatkan pasangan seksual yang
baik.
Aspek ekonomi, perusahaan mungkin menggunakan sinyal seperti merek
atau reputasi untuk menunjukkan kualitas produknya dan membedakannya dari
pesaingnya. Demikian juga, seseorang yang melamar pekerjaan mungkin menunjukkan
sinyal kualitas seperti pendidikan atau pengalaman kerja untuk meningkatkan
peluangnya untuk diterima.
Sumbangan teori sinyal, George
Akerlof, Michael Spence, dan Joseph Stiglitz memperluas teori sinyal untuk
menjelaskan informasi yang asimetris dalam pasar kerja dan keuangan. Teori
sinyal ini menjadi penting dalam memahami bagaimana pasar bekerja dan bagaimana
informasi dapat memengaruhi harga dan alokasi sumber daya.